Sistem Pembayaran dan Komponen Pentingnya dalam Transaksi Bisnis
Sistem pembayaran menjadi salah satu dasar kelancaran transaksi. Baik transaksi antar individu, maupun dalam transaksi bisnis. Nah, pada transaksi bisnis cenderung lebih kompleks dan melibatkan penjual dan pembeli, bahkan supplier atau mitra bisnis.
Oleh karena itu, diperlukan sistem pembayaran yang mumpuni dan mendukung untuk mengakomodir berbagai kebutuhan transaksi bisnis. Lalu, apa saja komponen penting yang ada dalam sistem tersebut? Bagaimana manfaatnya untuk bisnis Anda? Simak selengkapnya dalam artikel berikut.
Mengenal Sistem Pembayaran
Dikutip dari laman website Bank Indonesia, diketahui bahwa sebuah sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang dipakai untuk melaksanakan pemindahan dana, guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari kegiatan ekonomi disebut dengan sistem pembayaran.
Sistem ini lahir beriringan dengan lahirnya konsep uang yang digunakan sebagai media pertukaran dalam transaksi barang, jasa, dan keuangan. Terdapat 3 tahap pemrosesan dasar dalam sistem ini, yaitu otorisasi, kliring, dan penyelesaian akhir atau dikenal juga dengan settlement.
Otorisasi transaksi adalah proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa transaksi yang diproses mempunyai informasi valid dan sesuai dengan tujuan dari pihak yang mengajukan dan menerima dana.
Sedangkan, kliring atau clearing adalah prosedur penyelesaian perdagangan keuangan. Prosedur ini meliputi transfer dana yang benar dan tepat waktu kepada penjual dan surat berharga kepada pembeli. Dengan kata lain, kliring adalah proses penyelesaian transaksi dengan memindahkan sejumlah saldo kepada pihak yang berhak menerimanya.
Kemudian, settlement adalah sebuah proses pencairan dana transaksi pembayaran dalam kurun waktu tertentu. Proses ini berkaitan erat dengan pencatatan terhadap seluruh transaksi pada sebuah periode yang melibatkan lembaga penyedia layanan pembayaran.
Baca juga: Recurring Sebagai Sistem Pembayaran Berkala yang Mudah dan Efektif
Perkembangan Pembayaran
Sistem pembayaran terus menerus berevolusi mengikuti perkembangan tradisi masyarakat hingga kebijakan yang berlaku. Mulai dari sistem barter untuk menukarkan barang yang diperjual belikan, hingga muncul konsep uang sebagai alat tukar yang sah.
Uang primitif mulai digunakan sekitar tahun 1200 SM yang terdiri dari cangkang hewan, misalnya cangkang kerang. Kemudian, sekitar tahun 100 SM, uang mulai dibuat dari kulit rusa putih yang diberi berbagai jenis pewarna.
Sementara, uang kertas mulai digunakan di Cina pada abad ke 13. Swedia menjadi negara Eropa pertama yang menggunakan uang kertas pada tahun 1661. Sementara, Indonesia pertama kali mencetak uang sendiri yaitu ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) yang mulai beredar pada Oktober 1946.
Uang tunai memerlukan wadah khusus ketika dibawa berpindah dari satu tempat ke tempat lain, terutama ketika ada dalam jumlah yang relatif besar. Kondisi ini membuat uang tunai kurang fleksibel untuk digunakan sebagai alat tukar bagi orang-orang dengan mobilitas tinggi, khususnya masyarakat modern.
Pembayaran nontunai pun mulai menjadi pilihan seiring berjalannya waktu. Dikutip dari laman website Bank Indonesia, diketahui bahwa sistem pembayaran nontunai adalah sebuah sistem pembayaran yang menggunakan alat pembayaran berupa Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), cek, bilyet giro, nota debit, maupun uang elektronik.
Perkembangan teknologi, juga mempermudah transaksi nontunai yang ada dengan menggunakan sistem online. Kini, pelanggan dan penjual dapat bertransaksi dengan lebih mudah menggunakan perangkat elektronik mereka seperti ponsel pintar dan laptop. Teknologi tersebut tentunya mampu memberikan manfaat dari sisi penjual untuk pencatatan transaksi.
Baca juga: Payment Link Adalah: Berikut Cara Kerja, Keuntungan, dan Contohnya
Komponen Penting
Selanjutnya, mari kita bahas lebih lanjut tentang komponen apa saja yang terlibat penting dalam berlangsungnya sistem yang satu ini. Komponen-komponen tersebut meliputi pihak individu hingga lembaga dan alat pendukung yang terlibat dalam proses transaksi dalam sistem pembayaran. Berikut penjelasannya:
1. Regulator
Alur transaksi merupakan ranah yang rawan akan adanya penyalahgunaan data hingga potensi penipuan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, regulator hadir untuk menjadi pengawas dan memberikan regulasi terkait yang menjadi pedoman untuk memberikan transaksi yang aman.
Kewenangan regulator pada umumnya tercantum dalam aturan yang sah misalnya peraturan perundang-undangan, keputusan menteri, peraturan presiden, dan lain sebagainya. Hal ini untuk memberikan landasan hukum yang jelas dan sah atas setiap kebijakan yang dibuat untuk dipatuhi bersama.
Dalam bidang keuangan, ada empat regulator yang ada di Indonesia, yaitu Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan. Masing-masing lembaga mempunyai ranah yang regulasinya sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diharapkan.
2. Penyelenggara
Terdapat beberapa lembaga yang menyelenggarakan sistem pembayaran di Indonesia. Di antaranya adalah Bank Indonesia, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, dan Penyelenggara Kliring Alat Pembayaran Menggunakan Kartu.
Dalam ranah yang lebih luas, penyelenggara pembayaran juga didukung oleh penyedia layanan pembayaran. Penyedia layanan pembayaran membantu menghubungkan sistem pembayaran dari bank ke merchant hingga ke pelanggan.
Baca juga: Daftar QRIS dengan Mudah dan Aman Menggunakan Cara Ini
3. Pengguna
Pengguna adalah pihak-pihak yang menggunakan sistem pembayaran, yaitu konsumen atau pelanggan yang memanfaatkan layanan dari lembaga penyelenggara. Sistem yang dibuat tentunya memperhatikan kebutuhan pengguna dan membangun ekosistem pembayaran dengan keamanan yang terjamin.
4. Alat Pembayaran
Uang berperan sebagai alat pembayaran dalam sistem ini. Seperti yang sudah dibahas di atas, terdapat berbagai jenis alat pembayaran sah yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi. Baik dalam jumlah yang besar hingga yang relatif kecil, mulai dari pembayaran tunai hingga nontunai.
Dalam aplikasinya, alat pembayaran mempunyai mata uang spesifik agar mampu menjalankan transaksi. Misalnya, Rupiah, Dolar Amerika, Yen, dan lain sebagainya. Hal ini juga menjadi landasan jika terjadi transaksi internasional yang membutuhkan konversi kurs dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
5. Infrastruktur
Sarana dan prasarana berupa fisik atau digital yang membantu operasional transaksi dikenal dengan infrastruktur pembayaran. Kelancaran transaksi bisa dikelola dan dipantau dengan baik dengan adanya infrastruktur yang mumpuni. Oleh karena itu, diperlukan pemeliharaan dan evaluasi berkala untuk menjaga kondisinya tetap prima.
Sistem Pembayaran untuk Bisnis
Transaksi bisnis yang lancar berkaitan erat dengan sistem pembayaran atau payment system yang digunakan. Di antaranya adalah untuk melakukan verifikasi transaksi masuk dan keluar, pencatatan data transaksi yang efektif, menyediakan proteksi data kartu pembayaran, hingga mendeteksi anomali transaksi untuk menghindari potensi penipuan.
Payment system yang lebih maju juga mampu menyediakan berbagai metode pembayaran untuk menghimpun kebutuhan pembayaran pelanggan Anda yang beragam. iFortepay adalah penyedia layanan payment gateway Indonesia yang membantu menghubungkan website bisnis Anda dengan berbagai channel pembayaran.
Di antaranya adalah kartu kredit, kartu debit, virtual account, QRIS, e-wallet, direct debit, hingga WeChat Pay. Layanan kami sudah berlisensi dan diawasi oleh Bank Indonesia. Hubungi kami dengan klik di sini atau email ke [email protected].
Demikian ulasan tentang sistem pembayaran beserta berbagai komponen penting di dalamnya. Semoga artikel ini bermanfaat untuk bisnis Anda, ya. Terima kasih sudah membaca sampai akhir.